Sabtu, 25 Oktober 2014

Common Reflection Surface

   Common Reflection Surface adalah suatu metode dalam pemrosesan data seismik refleksi, dimana metode ini tidak menggunakan model kecepatan mikro seperti layaknya seismik processing pada umumnya. Pada umumnya pengolahan data seismik sangat bergantung sekali dengan penentuan kecepatan untuk dapat menggambarkan kondisi bawah permukaan yang dapat merepresentasikan kondisi yang sebenarnya. Namun dalam penentuan kecepatan ini dilakukan dengan metode interaktif analisis atau berdasarkan pemilihan kecepatan yang sesuai dari tingkat energi dari seismik, penentuan kecepatan ini dianggap sangat subyektif karena bergantung pada analisa, jam terbang, dan kadang juga mengandalkan insting. Pada metode Common Reflection Surface (CRS) ini model kecepatan menggunakan model kecepatan makro yaitu kecepatan dekat permukaan yang didapat dari akusisi data di lapangan.Secara umum tahapan pada metode ini masih sama seperti metode pada konvensional seismik, namun berbeda mulai pada analisa penentua kecepatan sebelum stacking dan migrasi.
    Berikut tahapan dari metode CRS ini :



Pada metode CRS ini sendiri didalamnya juga terdiri dari beberapa tahapan sebelum menghasilkan penampang stacking seismik diantaranya Automatic CMP stack, Zero Offset stack, dan optimasi. Pada metode ini semua data digunakan dalam penentuan operator stacking seismik sehingga data sepenuhnya mengontrol hasil dari proses dan data mengurangi tingkat subyektifitas dalam pemilihan parameter yang berhubungan dengan kecepatan seismik.


gambar diatas merupakan operator stacking dari metode stacking konvensional (bawah) dan CRS(atas). Konsep stacking dari kedua metode ini masih sama yaitu dengan menjumlahkan trace trace seismik yang mendefinisikan titik titik yang sama dibawah permukaan bumi dengan asumsi data seismik yang sefase akan saling menguatkan (konstrukstif) dan nis yang bersifat acak akan saling melemahkan (Destruktif ). Perbedaan pada stacking kedua metode ini adalah dalam penggunaan data dan parameter seismik yang dibutuhkan.
    Konsep seismik yang kita kenal selama ini adalah bahwa ketika gelombang yang berasal dari ledakan source yang merambat melalui medium dibawah permukaan ketika menemui suatu kondisi batas medium yang berbeda maka gelombang itu sebagian akan di pantulkan dan di transmisikan yang kita kenal dengan hukum snelius, gelombang ini akan mengiluminasika suatu titik pada batas lapisan tersebut sehingga data yang kita peroleh adalah mendefinisikan titik tersebut, tetapi pada kenyataanya muka gelombang berbentuk setengah bola sehingga ketika bertemu dengan batas lapisan gelombang ini tidak akan mengiluminasi hanya sebuah titik tetapi sebuah daerah atau luasan tersebut pada 3D dan panjang lapisan tertentu pada 2D.konsep inilah yang dipakai pada metode CRS ini dimana metode ini tidak hanya menggunakan informsi data pada CDP atau satu titik yang sama namun juga menggunakan informasi dari CDP atau titik titik disekitarnya yang juga memiliki informasi mengenai parameter dalam lapisan tersebut. Metode ini menggunakan konsep gelombang paraxial atau gelombang disekitar gelombang utama (center ray) persamaan dalam metode ini merupakan fungsi parabolik menggunakan deret taylor orde 2 :


Dimana a adalah emergency angle Rn adalah kelengkungan gelombang normal dan Rnip adalah kelengkungan gelombang normal incident point, ketiga parameter ini adalah parameter utama dalam metode CRS stack dengan masing masing berasal dari percobaan eigenwave yang berasumsi bahwa gelombang seismik sesaat setelah dipantulkan pada batas lapisan memiliki besar yang sama namun dengan arah yang berbeda

Berikut hasil stacking dari metode konvensional denan metode CRS

 Terlihat bahwa metode ini dapat meningkatkan signal to noise ratio pada data seismik sehingga reflector pada penampang seismik bisa lebih terlihat jelas dengan kemenerusan yang lebih baik serta penampang seismik dengan metode CRS ini terlihat lebih bersih.

0 komentar:

Posting Komentar